Kata Kata Hati
Baca : Kata Kata Cinta Sedih
Kasih sayang kuasuh agar dukamu kemudian dibasuh. Dan cinta kuasah agar terpangkas sedihmu yang basah.
Aku tidak sedang memiliki cinta dengan pasangan, namun setiap sujud dan rafal doa telah ku sebut cinta; pada Tuhan.
Separuh nafas bernuansa hati hinggap dimalam sunyi aku terbangun dari bayang tentangmu yang baru bertamu dikepala ku.
Melangkahlah kamu, cukup kukenang kita dalam ingatanku. Bahagialah kamu, doaku selalu memelukmu.
Biarlah airmata ini menuliskan namamu, ketika rindu menyapaku.
Tak ada puisi yang tak merintih perih,sebab, kepergianmu cukup belati pada tubuh puisi.
Ada yang menggigil ketika pagi berembun; sebatang krisan yang tumbuh sendirian dan kenangan yang kau abaikan.
Merelakan, seringkali menyakitkan. Tapi akan membahagiakan -- pada akhirnya.
Diantara duka yang ada, kehilanganmu adalah duka yang paling menyesakkan dada.
Bibir mungilku masih merapal doa yang sama; tentang 'kita' dengan bulir air mata.
Kelak kita juga kan bersama seperti anganku anganmu di setiap detak detik merambati hari mengaliri heningnya sunyi.
Pagi diantara sibuknya Jakarta, rindu masih utuh menghujam tanpa jeda.
Di kota kenangan; lambaian tanganmu telah diberkati suara kokok ayam jantan, membangunkan tentangmu yang tidur di ingatan.
Di perempatan itu, akulah nyala lampu merah; berkedip genit, bermonolog tentang kedatangan dan kepergian.
Di kota ini: kita dikisahkan sebagai sepasang merpati jatuh cinta, yang akhirnya memilih pergi daripada saling melukai.
Ku kira menjauh itu pergi, ternyata arah kerinduan. jika dekat kita hanya kawan, maka cinta ini milik tuhan.
Pada tubuh yang rindu, sesak telah tumbuh menjadi belukar, hanya pelukanmulah segala sakitnya merindu bisa ditawar.
Kelak ketika kau rindu pagi yang indah, sujudlah pada selembar sajadah, di sana; segala yang indah telah melimpah.
Kau bacakan duka dengan kedua matamu, kudengar gemericik kesedihan mengaliri mataku; seperti tanda baca koma--tak ada hentinya.
Di tangan Tuhan, cinta telah lebih dulu jatuh, pada imanmu yg tak runtuh.
Jika cinta, katakan -- atau ia menjadi kutukan.
Mendoakan kekasihmu dari jauh tak membuat rindumu sembuh. Itu hanya cara rindu menghibur cinta agar luka tak makin menganga
Di kedai ini, tak ada yang tersisa. Mungkin, hanya basah ciuman kita. Di luar, jalanan sunyi gerimis, silam sekali.
Bingkisan rindu itu rapi kusimpan dalam lemari; sebagai hadiah saat kau kembali.
Aku ingin menjadi prasa. Dari cinta yang kau jatuhkan dengan air mata.
Dirimu, sayang, nada sumbang pada gitarku; yang kupetik seumur rindu. ~ @ojinx_
Tubuhmu, cahaya terang. Aku, lautan tenang, seketika bergelombang.
Salahkah dia yang menangis di tengah hujan sambil membaca puisi yang amat perih. Dan berkata; puisi tak seindah hati.
Aku keliru, melupakanmu tak semudah mengganti baju.
Di tanganmu, cinta hanyalah burung kertas; sesekali terbang cemas, berkali-kali jatuh terhempas
uhan, lumpuhkan ingatanku; agar rinduku bersemayam tenang di masa lalu.
Sebagai sajak, cinta selalu menuliskan kesedihannya dengan bijak.
Kusederhanakan kebahagianku, dengan hanya mencintaimu.
Jangan coba-coba melawan, engkau pasti kalah dengan kebahagiaan.
Kuberi kamu dahan rapuh untuk dipatahkan; hatiku, jangan.
Akan aku tulis puisi tuk sebuah senyum dengan pena kekaguman dan tinta kerinduan.
Hujan; payung-payung mekar di atas kepala tetapi tidak di dada kita.
Mungkin ini sebenarnya rindu; tetap bertahan diantara pelukan airmata.
Besok puisiku mati bunuh diri. Katanya, kata-kata tak lagi berarti bila tak ada bukti.
Silahkan dicicipi, puan. Hidangan hati telah tersaji. Ini terbuat dari dua bumbu; kesedihan dan kebahagiaanmu.
Saat rindu terbentang oleh jarak maka kesetian adalah sebuah tantangan.
Aku tak mampu berbicara romantis. Tapi ambilah buku itu, di situ: puisiku yang selalu berbahasa dirimu.
Malam tanpa mimpi, di mana hujan turut menemani, terasa waktu begitu sunyi, saat kau tak lagi ada disisi.
Biarkan ku lukis senja di matamu, agar ku dapat nikmati setiap waktu.
Sekarang, rinduku terasa melilit, merintih mencari senyummu yang sudah menipis sedikit demi sedikit.
Di permulaan waktu ini, coretanku akan menjadi saksi, dari bentangan huruf dan kata-kata, menjadi kisah kita, tentang cinta.
Menangis di bawah pohon itu dan berkata: "kau masih mengurungku". Tak ada jawaban, sebab kebijakan duniawi itu diam.
Dalam tangis yang berserakan aku menunduk terisak dalam cerita. Memeras air mata dalam akhir dilema.
Larutkan aku, Tuhan; pada kesepian di air matanya yang entah. Sebab selain kebahagiaannya, kumau mengantikan kesedihannya.
Jika kenangan adalah ingatan yang abadi, maka di dalamnya kamu ialah seseorang yang tak pernah pergi.
Hatimu yang belantara, memilih tersesat aku didalamnya. Matamu yang telaga bahagia aku mengarunginya.
Bukankah tawamu hanya kiasan penutup kesedihan. Sorotan matamulah yang selalu menjadi kebenaran.
Aku tak lagi memikirkan tentang lara atau airmata, karena aku hanya ingin kau bahagia.
Di gubuk reotku kau dulu pernah tinggal dan membentuk cerita, meski hanya sementara.
Sepatah jarum kasih sayang ini, Sayang; akan merajut kembali robekan cinta kita. Simpanlah, jangan sampai patah.
Cinta yang matang, jatuh -- di hati yang lapang.
Aku ingin menjadi sepi yang bersemayam di kedalaman hati; milikmu, tentu saja. ~
Aku keliru, melupakanmu tak semudah mengganti baju.
Sehening apa pun kita, selalu saja ada suara, ialah detak rindu, yang paling setia menunggu.
Pada mentari yang menyambut pagi, pada kicauan burung yang setia menyapa, mengapa rindu masih tertahan pada rasa yang sama.
Kau buang kemana kunci rumahku, hingga tak ada yang dapat masuk; selain kamu.
Untuk pagi ini, rindu dan temu masih belum ingin bersekutu. Maka sekali lagi, hati dipaksa untuk berbesas sabar, lagi.
Airmata kembali menyapaku, ketika pena mulai menuliskan sajak tentang rindu.
Sekali-sekali aku ingin meredupkan seluruh cahaya di hatimu. Agar kau tau gelapnya perasaanku saat engkau meninggalkanku.
Rindu adalah pelanggan setia, Saat sepi menjadi bintang utamanya.
Senyummu begitu mempesona; Dari dasar jurang luka, kau bangunkan rasa yang disebut cinta.
Jika rasa ini sesat, biarkan kumengembarakan nikmat, walaupun hanya sesaat.
Kupeluk sunyi sebatas janji, segaris larik pada puisi; di sudut mata aku buta, untuk cinta yang baru kuterka.
Setia itu tentang penantian. Tapi kamu tak suka menunggu; lalu kita menjadi sekian, sebab aku berlalu.
Tuhan, bunuh aku sekarang juga. Aku tak mau lihat manusia bangga akan dosa.
Jika ini penantian, maka hujan adalah air mata kesedihan -- Ratapan langit karna sebuah ketulusan disia-siakan.
Bantu aku untuk membenci waktu, karena disaat bersamaan – Aku terlalu merindukanmu.
Barangkali, Tuhan telah beri dua jalan yang harus kulakukan. Dan kupilih jalan kecil tiada kecemasan.
Di suatu zaman, kebahagiaan adalah saat di mana perang hilang, dan kasih sayang kembali terbilang.
Perkara perihnya luka; biarlah doa yang meminta, Tuhan yang menyembuhkan kita.
Di matamu tiada lagi air mata setelah kutanam cinta. Dan aku tumbuh di dalamnya tanpa luka.
Sejak cinta tiada dari kita, aku dan kau kerap bertukar luka dengan airmata.
Gadis itu sangat lucu -- Entah kenapa; Aku ingin memburu, senyumnya yang buatku merindu.
Dihatimu aku ingin bermetamorfosa; menjadi seekor kupu-kupu yang melingkari kebahagiaanmu.
Ada senyum yang buatku lupa, saat dimana luka berada dan rindu tak lagi menyapa.
Bersama embun; kutitipkan rindu, biarkan ia membawa pilu sepeninggalnya waktu.
Aku akan tiba -- di sebuah puisi; dimana hanya ada tangisanmu yang melingkari angka-angka arloji. ~
Aku ingin mengunjungi pasar malam di kepalamu dan membeli baju baru untuk puisiku.
Kelak, jika waktuku tiba. Aku hanya ingin satu, mati dipelukanmu.
Entah, aku melihat di matamu ada kesunyian, seperti air yang diam, saat kita bertemu malam.
Senyum kecil akan senang merayap di wajahku, bila kamu menuliskan puisimu, tepat di ulu hatiku.
Ada melodi lain yang lebih dari merdu; sapaanmu.
Kita adalah lagu-lagu yang seirama, yang dinyanyikan pada kesempatan berbeda.
Karena luka selalu punya cara untuk membuat airmata jatuh. Melalui cinta salah satunya.
0 Response to "Kata Kata Hati"
Post a Comment